Hadapi Ancaman Krisis Pangan di Indonesia, Sepetak Bagian Beras Untuk Buruh

0
IMG-20200522-WA0014

Karawang, kutipan-news.co.id
Sejak Jokowi umumkan dua orang warga indonesia terinfeksi virus korona, sejak saat itu pula indonesia dinyatakan terintegrasi dengan pandemi global.

Situasi ini kemudian ditandai dengan kepanikan pemerintah, setelah sebelumnya terdapat sejumlah pejabat penting negara yang menganggap remeh virus korona, sekaligus membuktikan bahwa keadaan kahar di Wuhan merupakan episentrum covid-19 yang tengah menebar jaring-jaring maut keseluruh penjuru dunia.

Kini, hampir tak satupun negara yang tidak tertaut dengan Wuhan. Hingga kemudian kita bisa simpulkan sementara bahwa, negara lah yang harus bertanggung jawab penuh atas kematian seribu orang lebih rakyat indonesia, dan belasan ribu orang lainnya yang terinfeksi berikut dampak dominonya seperti krisis ekonomi dan kekacauan sosial.

Ketua Serikat Petani Karawang (Sepetak) Wahyudin, mengatakan, kondisi saat ini, kapitalisme mengalami krisis yang disebabkan oleh wabah penyakit yang memaksa menghentikan mesin produksi, sehingga volume perdagangan global pun mengalami penurunan. Karena terhambatnya proses produksi yang berhadapan dengan merosotnya tingkat konsumsi.

“Kondisi ini kemudian merangsang hasrat para pemilik modal untuk mempertahankan bisnisnya, agar tetap tidak merugi dengan cara melakukan rasionalisasi PHK, Merumahkan dengan membayar separuh upah, dan ada pula pengusaha yang tetap mempekerjakan buruhnya sehingga kaum buruh menempati posisi bahaya. Tak cukup disitu, para pengusaha juga menuntut pemerintah agar memberikan keringanan pajak dan memberikan subsidi,” ungkap Wahyudi.

Wahyudin menjelaskan, menyikapi situasi di atas, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menggalang Gerakan Solidaritas Lumbung Agraria (GeSLA) Atasi Covid-19 untuk memperkuat solidaritas antara desa dengan kota, utamanya antara petani, buruh, nelayan, dan komunitan rentan di perkotaan.

“Khusus menghadapi dampak luas darurat kesehatan, Lumbung Agraria menggagas GeSLA Atasi Covid-19 untuk, menjalankan aksi solidaritas antara desa dengan kota, salah satunya dengan mendukung ketersediaan stok pangan, komunitas rentan di perkotaan menghadapi dampak pandemi,” terang Wahyudi.

Wahyudin mengatakan, Serikat Sepetak telah mendonasikan lebih dari 15 ton beras, melalui gerakan solidaritas lumbung agraria (GeSLA) untuk membantu Kawan-kawan buruh yg terkena dampak korona. Gerakan tersebut menurutnya adalah sebagai bentuk kesatuan perjuangan petani dan buruh. Petani bantu buruh, buruh bantu petani,” kata Wahyudin.

Wahyudin menjelaskan, setiap petani dibasis-basis Sepetak, gotong royong mengumpulkan beras menghasilkan 15 ton lebih. Penyerahan beras dari sepetak, diterima oleh direktur Gerakan Solidaritas Lumbung Agraria (GeSLA) Rudi Casrudi .

“GeSLA ini adalah gerakan solider, petani bantu buruh, buruh bantu petani. Dengan demikian dengan adanya GeSLA ini sebagai bentuk solidaritas gerakan reforma agraria dalam mengadapi pandemi Covid-19 dan ancaman krisis pangan di Indonesia,” pungkasnya.(crl/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!