Banyak Kekurangan Siswa, SMA Korpri Karawang Sulit Bersaing di Kota

Yanto, Wakasek Kesiswaan dan Sebagai Ketua PPDB Online di SMA Korpri Karawang.
Karawang, kutipan-news.co.id – Dampak adanya sistem zonasi bagi penerimaan siswa baru di Kabupaten Karawang ternyata tidak memberikan hasil positif bagi guru maupun sekolah dalam pelaksanaanya.
Tengok saja salah satu SMA di Karawang, SMA Korpri misalnya jika terus diberlakukan zonasi sekolah yang berada di tengah pusat perkotaan ini terancam tutup.
Meski sudah memasuki kegiatan belajar mengajar sejumlah guru di sekolah ini tetap harus memikirnya kekurangan jumlah siswa yang begitu banyak dari sebelumnya. Bayangkan saja maksimalnya dalam satu sekolah itu harus memiliki jumlah rombel kelas sebanyak 11 kelas.
” Penerimaan siswa baru kemarin kita hanya mendapatkan 2 kelas untuk kelas pertama, tahun ini tuh tertolong sama kelas 3 yang masih punya 5 kelas, tahun depan setelah lulus kita masih kebingungan,” ucap Yanto Wakasek Kesiswaan di SMA Korpri.
Menurutnya sekolah yang berada di tengah pusat perkotaan itu terpaksa harus melakukan kerja ekstra untuk bisa mendapatkan siswa baru sampai saat ini.
” Untuk tahun jni saja kita mati matian buat program beasiswa bagi siswa baru yang masuk, tapi jika semuanya masuk program beasiswa darimana juga uangnya, untuk SMA swasta di kota itu kebingungan,” akunya.
Dia menilai bahwa sistem zonasi yang berubah menjadi lebih besar dibanding tahun lalu membuat sekolah yang sudah berumur 30 tahun itu merasa kesulitan dalam mendapatkan siswa baru. Bayangkan saja kata dia 90 persen jalur zonasi yang diperuntukan khusus untuk siswa yang berasal dekat dari tempat rumah tinggal mereka.
” Di Kota sistem zonasi tidak akan berjalan dengan baik karena banyak pilihan sekolah lain,” ucapnya.
Wajar saja jika banyak sekolah yang mengalami kericuhan pada pelaksanaan pembukaan PPDB tahun ini. Karena dengan besarnya anemo bagi sistem zonasi membuat siswa berbondong bondong memilih sekolah yang terdekat.
” Pantas juga kan menumpu di sekolah pilihan, karena ada sistem zonasi yang lebih besar,” ungkapnya.
Dia menilai jika PPDB hanya diukur dengan zonasi tanpa ada nilai pasing grade yang ditentukan oleh sekolah akan begitu lebih rumit juga. Bagusnya ada salah satu tolak ukur nilai pasing grade siswa untuk bisa masuk ke setiap sekolah agar merata.
” Adanya zonasi untuk pemerataan sekolah tapi nyatanya tidak berjalan baik lebih bagus diukur dari nilai,” terangnya.
Hal tersebut disoal juga oleh salah satu pengawas Dinas Pendidikan Karawang, Rukmana menilai jika zonasi dilakukan untuk pemerataan sekolah memang bagus jika semua sekolah yang ada di Kabupaten sudah merata. Namun masih ada di satu kecamatan yang hanya memiliki satu sekolah SMA.
” Kalau semua sekolah sudah merata baru sistem zonasi akan efektik tapi kalau sekarang khususnya di karawang itu tidak efektif, kalau di kota banyak pilihan sekolah tapi kalau di daerah pelosok kan belum banyak pilihan,” jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh sekolah ternama di Karawang, Asep guru SMAN 1 Karawang ini juga mengaku harus mendidikan siswa lebih ekstra lagi karena siswa tahun ini berbeda dari siswa sebel adanya zonasi.
” SMAN 1 Karawang itu dikenal sebagai siswa siswi berprestasi dan merupakan siswa pilihan, tapi karena adanya zonasi semua siswa apa aja bisa masuk disini dan ini pr bagi sekolah,” ungkapnya. (Yna)