DKPP Jabar Ungkap Penyebab Harga Daging Sapi Naik

pedagang daging sapi di pasar tradisional bandung
Bandung, kutipan-news.co.id – Sejumlah pedagang daging di Kota Bandung mengeluhkan melonjaknya harga daging sapi belakangan ini. Bahkan, beberapa di antaranya mulai mogok jualan karena harga daging sapi yang kini menyentuh angka Rp 125.000-Rp 130.000 per kilogramnya.
“Harga daging sapi naik terus sejak beberapa hari terakhir, dari bandarnya juga udah naik. Sementara kami pedagang di sini susah menaikkan, kurang tahu kosong barangnya atau bagaimana,” ucap Yayah (51), pedagang daging di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Kamis (21/1/2021).
Yayah merupakan segelintir pedagang daging yang masih berjualan, meski demikian lapak dagingnya sepi pembeli. “Kalau Jakarta katanya sudah ada yang mogok, Ciroyom juga udah enggak jualan, kalau di sini mah tergantung bandarnya, kalau bandar libur, enggak motong ya libur,” kata Yayah.
Senada dengan Yayah, Eti (55), pedagang lainnya mengatakan kenaikan daging sapi ini mulai terasa sejak dua bulan yang lalu. Awalnya, ia menjual daging sapi di kisaran harga Rp Rp 120.000 per kilogram. Tapi sejak harga naik dari bandar, ia menjual di kisaran Rp 125.000-Rp 130.000 per kilogram.
“Memang enggak besar, tapi konsumen itu naik Rp 2.000 atau Rp 3.000 juga mengeluh, biasa menimbang di harga Rp 120.000, sekarang naik ke Rp 130.000. Jadi keadaannya begini, sepi, kalau saya sih harapannya bisa kembali ke normal lagi,” kata Eti.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat Jafar Ismail mengatakan stabilitas harga daging sapi ini, telah dibahas oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag. Menurutnya, kenaikan ini terjadi karena berkuranganya stok impor sapi dari Australia.
“Di Jawa Barat, kebanyakan 90 persen kebutuhan daging sapi itu dipenuhi dari luar, jadi bukan dari sapi hasil lokal. Dan ini Australia (negara pengimpor) sendiri ada kenaikan harga, kenaikan harga yang pada Juli 2020 itu sudah menyentuh USD 3,6 untuk satu kilogram bobot hidup dan bakalan, jadi memang mencapai hampir kenaikan sejak Juli 2020 sampai Januari itu sudah di USD 3,9 per satu kilogram hidup,” ujar Jafar, Kamis (21/1).
Jafar mengatakan kian melambungnya harga sapi hidup di Australia karena beberapa faktor, di antaranya terjadi bencana berupa kebakaran pada tahun 2019 dan banjir pada 2020 yang berdampak pada berkurangnya produksi ternak negeri Kangguru itu.
“Jadi sebenarnya ketersediaan daging sapi ada, kalau masyarakat mau memanfaatkan daging beku yang diimpor, tapi masyarakat kita itu kecenderungan menyukai daging yang segar yang baru dipotong, sehingga ini kecenderungan jadi naik,” katanya.
Kebutuhan daging sapi di Jabar, ujar Jafar, sebanyak 195 ribu ton atau setara dengan 1 juta ekor sapi. Seharusnya, kata dia, angka kebutuhan ini berkurang mengingat industri hotel dan restoran yang mengurangi aktivitasnya.
“Ini 10 persennya dipenuhi dari pemotongan dari petani lokal yang ada di Jabar, ada kemudian dipenuhi juga luar daerah Jatim, NTB, Bali juga ada dari impor dari penggemukan sapi logter,” katanya.
Untuk mengantisipasi kenaikan harga ini, DKPP pun menggelar pasar murah di Toko Tani Indonesia Center (TTIC) Jabar yang berada di Jalan Rancabolang, Sekejati, Rancasari Kota Bandung. “Kita juga hadirkan daging beku Rp 85.000 lebih murah, kemudian cabe rawit, cabe tanjung ,cabe keriting karena permintaannya juga banyak sekarang,” kata Jafar. (red)