Tim Dreamsea Selamatkan Manuskrip Karawang yang Hampir Rusak

0
Tim Dreamsea Selamatkan Manuskrip Karawang yang Hampir Rusak

Foto Istimewa Dok / "Harapannya pertama sebagai observasi pelestarian manuskrip ini, sehingga minimal tidak lepas dari konteks historisnya. Karena manuskrip ini dokumen sejarah sebagai koneksi yang menghubungkan antara masa lalu dan masa depan," / Kutipan-News.co.id

Karawang, Kutipan-News.co.id-Warisan budaya hampir rusak, Tim Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (Dreamsea) menyelamatkan lembaran manuskrip beraksara Jawa yang hampir rusak di Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, Karawang, Sabtu (24/04/2021).

Salah satu manuskrip beraksara Jawa itu, berada di Situs Makam Syekh Abidin yang diturunkan secara turun temurun. Ada empat manuskrip, diantaranya 2 manuskrip berbahan daun lontar, 1 berbahan kayu, dan 1 berbahan bambu. Namun sayang, satu diantaranya rusak dimakan waktu.

H. Aik Iksan Ansori, Lc., MAHum selaku Academik Expert tim Dreamsea mengatakan, digitalisasi ini merupakan upaya untuk menyelamatkan dan memperpanjang umur manuskrip.

“Bahan materi manuskrip suatu saat nanti akan lapuk dimakan waktu, keadaan atau hama. Maka dari itu, melalui digitalisasi bisa memperpanjang umur nilai manuskrip,” kata Aik di Makan Syekh Abidin, Sabtu (24/04/2021).

“Ibaratnya kalau fisiknya tidak ada tapi salinannya berupa digital yang apa adanya, berarti sudah aman,” tambahnya.

Lanjut Aik, masih ada beberapa manuskrip lain yang ada di 5 titik lokasi, diantaranya di Ciranggon, Gempol, Cikampek Pusaka, Sukaharja dan Wadas. Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari kedepan, mulai dari 23 sampai 26 April 2021.

“Apalagi proses digitalisasi ini kan cukup rumit, perlu ketelitian dan ahli yang expert,” imbuhnya.

Menurutnya, keberadaan manuskrip yang tersebar di Karawang menjadi tantangan tersendiri dalam proses pendigitalisasian. Terlebih manuskrip ini menjadi barang kepemilikan pribadi warga, padahal untuk menjaga manuskrip perlu perawatan khusus. Malah ada manuskrip di Gempol yang rusak dimakan kecoa.

“Ada yang sifatnya properti pribadi ada juga yang menyimpannya sebagai pusaka. Rata-rata pemilik menutup diri tidak mau terjamah oleh orang lain, karena sakral dan orang lain tidak boleh tau,” jelasnya.

Aik berharap kegiatan digitalisasi ini bisa melestarikan warisan budaya manuskrip.

“Harapannya pertama sebagai observasi pelestarian manuskrip ini, sehingga minimal tidak lepas dari konteks historisnya. Karena manuskrip ini dokumen sejarah sebagai koneksi yang menghubungkan antara masa lalu dan masa depan,” tukasnya.

Hadir dalam kegiatan digitalisasi ini, Kasi Pelestarian Nilai Disparbud Karawang, Neni Martini, serta penggiat budaya, Dian Kurni.

(Mayadasari).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!