HUT DKI : Orangtua Diajak Siapkan Mental Anak Anak Hadapi Covid

0
IMG-20210622-WA0001

Jakarta, Kutipan-news.co.id – Jasra Putra, Kadivwasmonev Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengapresiasi tema HUT DKI Jakarta Bangkit menjadi kampanye positif melihat sepekan kenaikan angka penularan Covid 19.

Jasra menegaskan pesan positif cenderung akan diterima anak dengan baik, dibanding pesan negatif. Pesan ini mendorong anak berkarya dan berprestasi, karena membawa optimis anak anak ditengah mudahnya penularan pada mereka.

Bahwa ditengah keprihatinan tingginya penularan kepada anak, kita tetap harus menyebar imun positif kepada warga DKI, terutama anak anak. Untuk itu ajakan kepada anak, dengan bahasa anak menjadi penting di lakukan dengan Jakarta Bangkit.

KPAI juga melakukan Kampanye Positif dengan Aku Bangga Pakai Masker – Aku Siap Kalahkan Virus dan KPAI Kuat, Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Anak Efektif, Indonesia Maju. Selain itu HUT DKI juga bisa dilakukan dengan mengisi sudut kota, jalan, lorong dan gang di DKI Jakarta dengan karya anak bertema pandemi, dalam rangka menjadi kampanye positif meningkatkan imun anak anak Jakarta. Karena pendidikan efektif generasi mereka adalah pendidikan sebaya.

Data BNPB 2021 menyampaikan sebaran kasus Covid 19 pada anak usia sekolah, yaitu PAUD 30,442 kasus, TK 32,582 kasus, SD 65,634 kasus, SMP 47,267 kasus dan SMA 59,602 kasus. Terkait laporan Rumah Sakit Ibu dan Anak terjadi antrian terkait anak tertular, itu juga terjadi. Karena kasusnya secara kumulatif naik signifikan. Secara kuantitas naik jumlah kasus di segala usia. Penularan Covid yang meningkat pada anak di Propinsi DKI Jakarta juga menjadi perhatian banyak pihak. Lalu bagaimana di daerah lain? yang memang virus Covid ini sudah menyebar di seluruh Propinsi. Tentu jadi pertanyaan kita semua, tentang situasi anak anak kita.

Jasra Putra menyampaikan kondisi anak anak dalam menghadapi penularan tinggi sepekan ini, tentu harus di sikapi orang tua dengan hati hati dan bijak, juga tidak menyepelekan kondisi anak. Bagaimanapun anak anak telah menyerap informasi tentang Covid cukup lama, dan ancaman kematian tentu menjadi informasi yang paling banyak di terima anak. Apalagi kita tahu informasi tidak layak anak lebih banyak beredar saat pandemi dibanding info layak anak. Yang menempatkan anak anak dalam perilaku salah dalam menghadapi pandemi.

Kondisi ini juga yang menyebabkan orang tua berhati hati dengan anaknya. Para orang tua tentu mempunyai tugas berat. Bisa dipastikan setiap orang tua akan memberikan informasi ini kepada anak dengan berbagai cara. Ada yang meminta anaknya berhati hati dengan mengingatkan, melarang, bahkan untuk mungkin ada yang sama sekali tidak mengijinkan keluar rumah. Disinilah respon setiap anak dalam menerima informasi berbeda. Tergantung penyerapan informasi selama ini tentang Covid.

Untuk beberapa anak info penularan yang tinggi kepada anak akan menjadi sensitif, sehingga membutuhkan perhatian lebih orang tua. Tidak bisa dihindari ketika mereka diberitahukan orang tuanya positif Covid, akan bereaksi menurunkan imun anak, terutama remaja. Bahkan bisa berkepanjangan bila tidak di respon dengan tepat. Anak anak akan terbawa dalam ketakutan dan sedih. Ditambah situasi kognitif atau pemahaman yang belum matang, fisik yang lemah dan dan emosionalnya yang belum stabil.

Situasi lainnya, anak dan orang tua sangat minim berbicara atau berkomunikasi soal kesehatan anak, begitu juga pada pandemic dinyatakan anak anak kurang menunjukkan gejala seperti orang dewasa. Situasi ini menyebabkan selama pandemic, jarang orang tua memeriksakan anak, di tambah ada anggapan takut tertular Covid bila ke rumah sakit. Situasi ini akan lebih berat, ketika anak belum dapat berkomunikasi sakitnya, seperti bayi dan balita. Yang menyebabkan, BNPB menyampaikan kasus pada bayi dan balita lebih banyak. Begitupun kasus kematiannya lebih menyasar pada bayi 0 – 2 tahun. Namun di sisi lain mudahnya penularan, juga menjadi perhatian pada anak anak dan remaja tanpa gejala.

Namun ditengah sepekan kasus anak tinggi, tentu menjadi penting kita jemput bola melakukan tracing kepada anak anak dna lebih sensitif. Dengan adanya interaksi liburan yang menyebabkan kasus tinggi dan datangnya varian baru, tentu di khawatirkan kasus anak positif Covid sebenarnya lebih banyak lagi. Untuk itu orang tua penting berkonsultasi kepada Satgas Covid did aerah masing masing yang di pimpin para RT, Kepala Desa dan Kepala Dusun, jangan ragu dan penting segera menginformasikan ke puskesmas. Karena puskesmas butuh waktu beberapa hari untuk memastikannya.

Dalam pelayanan kepada kasus anak positif, penting pemerintah daerah memetakan layanannya, agar orang tua tenang akan kondisi anaknya dan dapat ditangani dengan cepat. Kebutuhan perawat, dokter, relawan yang sensitif anak perlu segera disiapkan, karena dalam setiap tindakan yang dilakukan perlu sensitive anak. Seperti kondisi anak melihat jarum suntik, kondisi anak ketika di cek SWAB dengan memasukkan alat kepada anak, artinya berbagai produk dan peralatan medis perlu sensitif dan ramah anak, agar percepatan penanganan Covid pada anak benar benar terjadi. Termasuk informasi rumah sakit rujukan covid buat anak, harus segera di petakan. Karena penanganannya akan sangat berbeda dengan orang dewasa.

Kementerian, Lembaga dan Organisasi yang bekerja untuk anak juga harus mulai membuat panduan dalam menjaga mental anak positif Covid. Terutama informasi itu sesuai umur tumbuh kembangnya, sehingga layak di konumsi anak. Apa itu gejala Covid? Dan akan ada perubahan apa pada fisik anak, perlu segera di komunikasikan. Agar orang tua dan anak lebih siap mental dalam menjelaskannya. Apalagi bila tertular dari orang tua atau saudara, tentu ada psikologis yang tidak kondusif didalam rumah, karena merasa bersalah, sehingga ketahanan keluarga memburuk. Pentingnya melakukan antisipasi bersama. Apalagi bisa ada produksi video bagaimana keramahan penanganan anak pada pandemi, tentu sangat di nanti orang tua dan anak.

Untuk itu saran kepada orang tua, yang akan memeriksakan anak agar mencari informasi yang jelas, sebelum menyampaikan kepada anak. Seperti mengajak anak menyampaikan kondisi kesehatannya, menginformasikan gejala itu berproses beberapa hari, sehingga anak anak tidak langsung drop. Tetapi juga jangan ragu berkonsul dengan SATGAS COVID di daerah dan Puskesmas. Bagaimana penanganan ketika ada gejala demam atau panas, apa yang akan di lakukan ortu dan anak bersama sama. Jangan juga ortu bersikap salah, karena lebih ketakutan dari anaknya. Sehingga ketika anak butuh perhatian saat positif Covid, tapi tidak mendapatkannya. Kuncinya semakin cepat terlaporkan, kondisi anak akan selamat.(rls/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!