KNPI Gelar Kemping Kebangsaan, RK: Pancasila adalah kesepakatan untuk membangun rumah Indonesia yang lestari

Bandung, Kutipan-news.co.id – Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengingatkan para pemuda di Jabar yang gelar kemping kebangsaan untuk semakin memupuk kecintaannya pada tanah air.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya menyebar luaskan semangat toleransi. Kemping kebangsaan digelar di Garut pada 11-12 Desember digelar oleh KNPI Jabar.
“Pancasila itu kesepakatan, (bagaimana) membangun rumah Indonesia agar lestari dan abadi karena ada perjanjian,” ujar Ridwan Kamil.
Belum lama ini, Ridwan Kamil sempat memberi pemahaman sejumlah remaja terkait Pancasila dan NKRI. Ia juga menyebut pentingnya menghargai perbedaan dan melihat kebinekaan sebagai anugerah dari Tuhan, bukan sebagai kebencian.
“Pancasila adalah kesepakatan untuk membangun rumah Indonesia yang lestari,” ujarnya.
Kemping kebangsaan ini sebagai bagian dari pembumian Pancasila ini bertujuan menciptakan karakter pemuda pemersatu, Pancasilais, dan antiradikalisme dengan menghadirkan sejumlah pemateri.
Selain Ridwan Kamil, ada Ketua KNPI Jabar Ridwansyah Yusuf Achmad; Tenaga Ahli Mabes Polri Bidang Radikalisme dan Toleransi, Islah Bahrawo; serta aktivis Jakatarub, Wawan.
Ketua KNPI Jabar Ridwansyah Yusuf Achmad memastikan pihaknya akan menggelar Kemah Kebangsaan di kabupaten/kota lainnya.
“Jika status pandemi covid-19 terus membaik, Kemah Kebangsaan ini bisa dipastikan akan dilanjutkan demi membumikan Pancasila,” katanya.
Dia menilai, adanya generasi muda yang terpapar paham radikal dikarenakan sejumlah faktor seperti pengetahuan agama yang minim, pendidikan, hingga persoalan ekonomi.
Ia menekankan pemuda sebagai benteng sekaligus untuk melawan beredarnya aliran atau paham yang hendak meruntuhkan Pancasila.
“Jadi kalau diganggu perang pemikiran, maka harus kita lawan,” ujarnya.
Koordinator kegiatan, Pranjani H.L Radja, menjelaskan tema dari kegiatan ini adalah merajut kebinekaan, membumikan nasionalisme, dan menjunjung Pancasila.
“Kebersamaan pemuda lintas agama dengan camping dan api unggun ini menjadi rangkaian kegiatan yang harapannya dapat menciptakan budaya toleransi antar umat beragama,” ujarnya.
Aktivis perempuan, Salsabila Syaira, menilai, kemah kebangsaan ini sekaligus mengikis pandangan terhadap perempuan sebagai masyarakat kelas dua.
Adanya penilaian bahwa perempuan sulit melawan dominasi dan patriarki berdampak terhadap mudahnya kaum hawa tersebut terbawa arus.
“Sehingga perempuan lebih mudah terpapar dan jadi sasaran kelompok radikalisme dan intoleran. Jadi acara ini sangat efektif untuk memicu pikiran kritis kelompok perempuan untuk mengambil posisi sosial yang kuat,” katanya. (red)