Bahaya Konten Viral Mengancam Moral Anak-Anak Pecandu Media Sosial

0
WhatsApp Image 2022-07-21 at 15.44.35

Bandung, Kutipan-news.co.id – Fenomena anak-anak pegang handphone untuk main atau nonton saja masih menimbulkan pro dan kontra. Kini ditambah lagi dengan anak-anak beraktivitas di media sosial. Padahal ada bahaya mengintai saat anak-anak yang belum cukup umur bermain media sosial.

“Secara aturan, untuk membuat akun di media sosial itu minimal umurnya 13 tahun. Orang tua harusnya mematuhi,” ujar Fadillah M. Psi, psikolog dari Teman Dekat (aplikasi yang menyediakan layanan konseling permasalahan psikologis untuk siswa sekolah), Rabu (21/7/2022).

Batasan usia ini diberlakukan karena konten-konten di media sosial sulit terkurasi. Hal ini membuat anak-anak yang bermain media sosial jadi terpapar dengan beragam konten yang berpotensi besar tak sesuai dengan usianya.

“Daripada main game, media sosial itu lebih berbahaya. Karena di media sosial bisa memunculkan kecenderungan sikap yang beragam, referensinya banyak,” tuturnya.

Kasus bullying anak di Tasikmalaya juga terkait dengan handphone dan media sosial. Seorang bocah 11 tahun berinisial PH menjadi korban perundungan sekelompok anak lain untuk melakukan aktivitas ekstrem yakni menyetubuhi kucing.

Alasan anak-anak memaksa teman mereka yang lain untuk melakukan menyetubuhi kucing tak masuk di akal. Bagaimana mereka bisa memikirkan aksi semacam itu. Fadillah pun menduga perilaku mereka bisa jadi dipengaruhi oleh konten-konten di sosial media.

“Itu (kasus di Tasikmalaya) bisa jadi dari konten. Karena dalam 5 tahun belakangan konten di sosmed itu ceritanya beyond (di luar kebiasaan), seperti orang kawin sama binatang dan lain-lain,” ungkapnya.

Itulah yang membuat media sosial bagi anak menjadi berbahaya karena mereka hanya mengejar sensasi viral atau pengalaman yang di luar kebiasaan.

“Nah, kebetulan pelaku bullying ini punya orang (korban) yang bisa dia suruh melakukan experience yang wow. Mereka mungkin enggak kepikiran kalo yang mereka lakukan itu adalah bagian dari pelecehan sosial. Karena mereka merekamnya sambil tertawa-tawa,” tutur Fadhilah.

Ia pun meminta agar orang tua bisa lebih bijak memberikan handphone serta akses media sosial pada anak.

“Orang tua tetaplah pemegang otoritas, awasi penggunaannya. Bikin perjanjian dengan anak dan jalani komitmennya,” katanya.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!