WhatsApp Image 2022-10-24 at 10.42.17

Karawang, kutipan-news.co.id – Bermodus memperingati Hari Santri Nasional (HSN) seret Nahdatul Ulama (NU) perusahaan tambang PT Atlasindo Utama, jadi pusat cibiran masyarakat.

Seperti diketahui acara tersebut digelar di Lapangan Desa Cintalanggeng, Kecamatan Tegalawaru, Kabupaten Karawang, pada Sabtu (22/10/2022) petang.

Acara tersebut merupakan acara peringatan hari santri yang kemudian diselipi sosialisai, dan konsultasi rencana penambangan dan produksi batu andesit di Gunung Sirnalanggeng, Desa Cintalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang.

Dalam acara tersebut beberapa perwakilan warga menyampaikan pandangannya terkait acara maupun terkait rencana penambangan kembali yang akan dilakukan oleh PT Atlasindo.

Perwakilan warga Cintalanggeng Jenal Murtado mengatakan meskipun bertepatan dengan hari santri, Atlasindo seharusnya menggelar sosialisasi dalam acara terpisah.

“Sebenarnya jangan dicampuradukan, hari ini memang bertepatan dengan hari santri, tapi kalau bisa acara ini diadakan dalam ruang dan waktu yang terpisah,” kata Jenal saat diwawancara usai acara, Sabtu (22/10/2022).

Ia menerangkan, perihal acara hari santri yang dianggap ditunggagi oleh kepentingan perusahaan seharusnya tidak dimanfaatkan diluar batas.

“NU Karawang hari ini tidak ada, baru akan Konfercab akhir Oktober ini, ini kan ada logo NU, NU yang mana? NU jangan dimanfaatkan oleh oknum,” kata dia.

Jenal menjelaskan, warga menginginkan bahwa PT Atlasindo Utama memenuhi janji-janjinya yang sudah lama tidak direalisasikan.

“20 tahun Atlasindo produksi, CSR nya bagaimana kepada masyarakat, konpensasinya bagaimana. Jangan sampai ada oknum yang memanfaatkan ini dengan kepentingan pribadi, kalau dipersentasekan mengenai izin dari masyarakat ini yang hanya terlibat bekerja muat di Atlasindo saja sebenarnya yang ingin Atlasindo buka, semenatara dia bagian pekerja lain seperti security itu juga banyak ngeluh, apa lagi warga lain yang hanya menerima dampak sudah tentu tidak setuju,” paparnya.

Selain itu diceritakan Jenal, PT Atlasindo juga tidak memanusiakan manusia, “Gaji saja tidak UMK, kesejahteraan masyarakat dan pekerjanya juga tidak ada, jadi perushaan macam apa ini? Kalau standarisasi perusahaan pasti sesuai dengan aturan yang berlaku,” kata Jenal.

“Mohon itu dikaji ulang dari izin tingkat dasar hingga kementrian, kepastiannya sampai dimana, tim Atlasindo awal harus terbuka, dan tim manajeman Atlasindo yang baru juga transparan. Jangan sampai ini hanya jadi kepentingan usaha tapi tidak maslahat untuk masyarakat,” lanjutnya.

Diketahui, PT Atlasindo Utama merupakan tambang batu andesit yang beroperasi di wilayah Sirnalanggeng, Desa Cintalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang.

PT Atlasindo Utama resmi mendapatkan izin operasi pada tahun 2006, dalam perjalannya PT Atlasindo Utama sempat beberpa kali didemo warga karena dianggap hanya memberikan dampak negatif terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar.

Mengutp pernyataan resmi Kepala Balai Penegakan Hukum Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) wilayah Jawa, Bali dan NUsa Tenggara (Jabal Nusra)  izin Atlasindo dibekukan di tahun 2018 karena terdapat ketidaksesuaian dokumen lingkungan tahun 2006 dengan tahun 2017.

Mengenai dampak pertambangan pada Desember 2017 menunjukkan, eksploitasi di Gunung Sirnalanggeng sudah mencapai 1,053 kilometer persegi.

Dalam proses penambangan, untuk menghancurkan batuan, perusahaan itu rencananya akan menggunakan bahan peledak campuran seperti Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO) dan dinamit lengkap dengan detonatornya.

Untuk satu tahun operasi, rencananya Atlasindo bakal menggunakan 4.000 Kilogram dinamit, 175 ribu Kilogram ANFO dan 6.500 buah detonator, dan peledakan akan dilakukan saat tengah hari, antara pukul 12.00 WIB hingga 13.00 WIB. Dalam dokumen UKL-UPL juga tertera, peledakan akan dilakukan tiga kali salam sepekan.

Oleh karenya masyarakat banyak yang menolak, adanya pertambangan di wilayah Karawang selatan tersebut.

Semnetara Direktur Operasional PT Atlasindo Utama Imam Sugiarto, usai acara tersebut mengatakan, sosialisasi tersebut merupakan langkah PT Atlasindo untuk memperbaiki kekurangan manajeman PT Atlasindo sebelumnya.

“Kita memperbaiki kekurangan manajeman sebelumnya, misalnya kita akan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar, pembinaan UMKM, termasuk pemberian beasiswa. Kita akan prioritaskan untuk langkah kedepannya,” kata Imam.

Sementara mengenai acara hari santri yang diselipkan oleh sosialisai tambang, Imam menuturkan acara tersebut memang sudah dijadwalkan sejak lama, namun berbarengan dengan hari santri.

“Ini sudah dischedule sejak dahulu, ini dadakan sebenarnya bukan berniat untuk mencampurkan sebenarnya. Kita menghormati karena bertepatan dengan hari santri karena mayoritas di negeri kita kan mayoritas islam,” imbuhnya.

Terkait penolakan masyarakat untuk rencana penambangan kembali PT Atlasindo Utama Imam menuturkan, pihaknya akan meminta saran dan masukan dari masyarakat sekitar.

“Kita akan meminta saran dan masukan masyarakat sekitar, karena permasalahan satu-persatunya saya belum tahu persis, nanti kita urai akan kita perbaiki,” ujar dia.

Sementara mengenai penambangan kembali, Imam menuturkan pihaknya akan memberlakukan aturan sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini.

“Izin perpanjangan masih berproses di provinsi, perkiraan sekitar Februari 2023 kita buka tapi tergantung kapan izinnya selesai, ketika nanti berproduksi kita akan akomodir itu semua sesuai ketentuan yang berlaku saat ini,” pungkasnya.
(rhd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!