Caleg DPRD Jabar H. Saepul Sukardi, S.E Bakal Fokus Berjuang di Dunia Pendidikan

Purwakarta, Kutipan-News.co.id – Berawal dari banyaknya mendapat keluhan masyarakat yang merasa kesusahan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti sulitnya mendapat pekerjaan, harga-harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, pembayaran pajak, dan juga mahalnya biaya pendidikan, akhirnya mendorong H. Saepul Sukardi, S.E, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPD Partai Umat Kabupaten Purwakarta, mencalonkan diri menjadi Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPRD Provinsi Jawa Barat dari Daerah Pemilihan (Dapil) 10, yaitu Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang.
Kedepan, jika dirinya terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Periode 2024-2029, Caleg dari Partai Umat dengan Nomor Urut 2 ini akan fokus berjuang di dunia pendidikan. Pasalnya, menurut pria berusia 60 tahun ini, sekarang ini masalah pendidikan di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang daya saingnya lemah dan rendah. Mengapa semua itu terjadi? Karena kegagalan pengelolaan pendidikan yang terjadi di Indonesia.
Berbicara soal kegagalan pengelolaan pendidikan yang saat ini terjadi di negara kita, lanjut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (Pelti) Pengda Kabupaten Purwakarta, bahwa ukuran keberhasilan pendidikan di negara kita saat ini dilihat dari makin banyaknya lulusan S1 tanpa mempertimbangkan kualitas.
Saepul menegaskan, kesalahan pengelolaan pendidikan di Indonesia yang saat ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan kita ke depan yaitu anak didik itu seharusnya dibekali bukan hanya akademis.
“Pendidikan kita sekarang fokusnya itu akademis. Sementara mental dan karakternya kurang dikembangkan dan kurang dididik,” kata Saepul ketika ditemui di rumahnya, di Gang Keramik, Desa Mulyamekar, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Minggu (7/1/2024).
Lebih lanjut Saepul menerangkan, pendidikan di negara kita sekarang ini lebih banyak pengajaran saja. Ditambah lagi gurunya juga beban kerjanya sangat banyak. Beban kerja guru itu luar biasa banyaknya. Jadi dia (guru, red) tidak punya kesempatan untuk mendidik. Sehingga akibatnya apa? Karena kurangnya pendidikan karakter dan beban kerja guru yang demikian besar, menyebabkan guru tidak sempat mendidik anak-anak muridnya. Hanya menyampaikan apa yang tertulis di buku saja, tanpa mempertimbangkan apakah murid-muridnya benar-benar sudah mengerti, sudah paham atau tidak.
“Akibatnya apa? Lulusannya ya seperti sekarang. Daya saingnya lemah. Coba kita perhatikan, saat ini perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah Karawang dan Purwakarta, berapa persen yang pekerjanya orang Jawa Barat. Kebanyakan diambil dari daerah lain di luar Jawa Barat. Dengan kondisi seperti itu kita tidak bisa menyalahkan. Kondisi seperti itu bukannya kesalahan dari pihak manajemen perusahaan. Itu karena daya saing tadi,” ujarnya.
Saepul mengatakan, kenapa perusahaan-perusahaan di Jawa Barat lebih suka merekrut karyawan dari Jawa Tengah dan daerah lainnya di Indonesia, karena daya saing tenaga kerja dari Jawa Barat rendah. “Kondisi seperti ini menurut saya merupakan tantangan terbesar di dunia pendidikan kita,” tukas Saepul Sukardi mengakhiri. (Nana Cakrana)