Juru Pengairan PJT II dan Petani di Karawang Ungkapkan Kondisi Gilir Giring Bukan Penutupan

Foto Ade Suherman, Juru Pengairan Perum Jasa Tirta (PJT) II Seksi Karawang-Rengasdengklok bersama, Adi Lurah Palawad bersama Ketua kelompok Tani Kedung Salam, Sobur dan Dedi Marsono Tokoh Tani Kelurahan Plawad turun langsung bersama untuk mengecek ketersedian di sekunder yang sudah tersedia. Kamis (27/8/2020).
Karawang, kutipan-news.co.id – Tidak semudah membalikan telapak tangan. Mungkin itu pepatah yang bisa menggambarkan PJT II Seksi Tarum dalam membantu sektor pertanian dibidang pengairan.
Butuh kerja keras serta peran dari masyarakat sendiri dalam mensukseskan keberhasilan pertanian demi pertumbuhan perekonomian yang lebih baik.
Ade Suherman, Juru Pengairan Perum Jasa Tirta (PJT) II Seksi Rengasdengklok mengungkapkan yang sebelumnya hanya mantau dari kejauhan dirinya mengaku sampai turun ke sawah, akibat adanya informasi yang sempat viral di media sosial tentang sejumlah petani di Kelurahan Plawad, Karawang Timur mendesak Perum Jasa Tirta (PJT) II Seksi Tarum untuk membuka saluran air ke area pesawahan secara maksimal.
“Jadi untuk para petani yang datang ke kantor PJT, setelah saya krocek dan melakukan konfirmasi ke beberapa pihak petani, setelah selesai normalisasi sekitar tanggal awal minggu pertama Agustus, mereka (para petani) memperanyakan air yang belum masuk, jadi mereka mamastikan bener tidak air itu ada, di buka apa belum airnya padahal tidak semua petani yang ke sana, ada juga petani yang saya konfirmasi juga menyebut tidak tahu,” ungkap Ade, saat di temui kutipan-news.co.id, Rabu malam (26/8/2020).
Dikatakan Ade, Padahal nomor telpon dirinya juga ada di para perwakilan petani, dan tidak perlu datang ke kantor, kecuali jika dirinya tidak tanggap silahkan naik ke kantor, tapi selama ini semenjak kerja di tahun 2012 Ia mengaku baru mengalami kejadian kali ini.
“Sebenernya kewenangan saya cuman sampai sekunder, tapi begitu ada kekurangan sampai ke tersier-tersier, biasanya saya langsung cari letaknya dimana. Kekurangannya atau keterhambatannya diantaranya ada setelah di normalisasi posisi tersier, awalnya posisi tersebut dengan daratan yang tinggi, jadi debit air yang biasanya 1,7 kubik itu bisa masuk ke tersier sekarang harus lebih tinggi,” paparnya.
Mengenai wilayah kamurang wilayah petani yang mau garap karena adanya keterlambatan adanya normalisasi kemarin diwilayah kedung salam, sebenarnya wilayah tersebut bersamaan di wilayah jabon. Kebetulan saat ini dirinya mengaku sedangn melakukan upaya gilir giring untuk mendahulan wilayah bakanjabon. Jadi para petani yang sempat datang ke kantor berasal dari petanu wilayah kamurang yang kebetulan terkena dampak dari upaya gilir giring tersebut.
“Kadang duluan kamurang dari pada bakanjabon, karena posisi bakan jabon sebenarnya geografis nya itu lebih tinggi dan susah di aliri ari, tapi saat ini bakanjabon untuk umur padi sudah ada satu bulanan, memang ada kekurangan tapi kita telah upaya gilir giling kalaupun ada penutupan itu, itupun sedang di gilir untun giliran air bukan sengaja di tutup total untuk tidak di kasih air, namun tetap kita upayakan kalua tutup total itu tidak, tetap ada limpasan tapi kita utamakan dulu sekarang untuk penyelamatan blok bakanjabon karena memang posisinya sudah tanam, kalau yang di kedungsalam itu baru traktor karena akibat ada efek keterlambatan dari pekerjaan normalisasi,” terangnya.
Menurutnya, jika dalam satu aliran Saluran Sekunder (SS) itu kurang lebih 1,300 7 Ha, non teknis, yang teknisnya itu 1300,20 Ha untuk wilayah palawad. Ada beberapa desa wilayah yang memang satu saluran.
“Jadi saat ketika sala satu saluran butuh pasokan air, nanti saya ke atas untuk control dan minta di turunkan dulu ke blok yang membutuhkan, jadi aliiran SS ini mengaliri 4 desa 2 kecamatan karawang timur dan majalaya, memang yang sekarang jadi focus itu kelurahan palawad, kerena ada laporan dan mundur akibat kemari ada niat baik normalisasi,” jelasnya.
Masih dikatakan Ade, Normalisasi tersebut memang penting dari atas sudah teraliri. Sedangkan untuk ke bawah belum teraliri karena ada normalisasi dulu jadi yang atas sudah tanam duluan. Sampai saat ini pun dirinya bersama timnya mengaku sering membersihkan sampah – sampah masyarakat yang di buang ke aliran air yang menghambat pasokan air ke lahan para petani walaupun kondisinya wilayah tersebut sudah di normalisasi.
“Disini kami minta kesadarannya kepada para masyarakat agar tidak membuang sampah rumah tangga ke aliran sungai, dan kami minta juga kepeduliannya kepada para petani agar bersama-sama menjaga pasokan air agar pasokan air dari hulu ke hilir berjalan lancar, dan
untuk masalah ini (wilayah palawad) insya allah saya upayakan harus tanam sampai panen beres cuman waktunya saja harap sabar karena yang sudah tanampun saya harus benar benar menjaga stabilitas airnya,” ungkapnya.
Sementara saat debit sebelum ada normalisasi debit air 1,7 kubik atau 1,8 biasanya sampai ke lahan area pesawahan. Namun, karena akibat normalisasi terlihat harus di tambah, karena aliran airnya makin besar akibat wilayahnya yang dalam.
“Sekarang debit airnya di naikin jadi 2 kubik lebih, kalaupun debit airnya kurang kita bisa tambah selama tanggulnya memadai, kalau tanggulnya tidak memadai kan bahaya juga, karena kita lihat juga untuk ketahan tanggulnya seperti apa karena dari BBU sampai kedung itu kurang lebih jaraknya 10 km,” tuturnya.
Tak hanya itu disaat musim kemarau penjang kata dia, hampir seluruh wilayah terkena dampak karena minimnya pengairan.
“Jadi saya akan maksimalkan bisa tanam dan bisa panen, kalau kuran debit air mungkin sedang di gilir giring, karena kan sekarang kita masih mengandalkan air dari waduk Jatiluhur, kita juga berharap bisa terbantu oleh ari hujan karena saat ini kita tengah memasuki musim kemarau,” katanya.
Dia berharap para petani bisa bersabar jika terjadi permasalahan saluran air yang terhambat. “Saya harap ke para petani tolong sabar, kalau ada pemasalahan silahkan itu haknya cuman tolong langsung konfirmasi saja ke petugasnya, karena mereka kan sudah di bagi dengan berbagai tugasnya yang menjadi ketua, tokoh atau yang mungkin kenal sama saya tinggal komunikasi saja,” pesannya.
Sementara menurut salah satu petani, Dedi Marsono menilai bahwa permasalahan yang sering terjadi di pertanian bukan hanya di bidang saluran pengairan saja. Namun juga pada kesiapan para petani itu sendiri dalam meningkatkan pertanian.
“Ibaratnya, petani itu harus jemput bola jika ada masalah jangan hanya bisa menunggu saja, dan petani pun di harapkan bisa ikut bersama-sama menjaga aliran air yang mengalir tidak terhambat oleh sampah, agar aliran air yang di butuhkan bisa berjalan lancar” ungkapnya.(yan/red)