PPI USM adakan kajian perdana KoPi Ngaji, mendatangkan seorang pendakwah dan komikus dari Jogja

Yogyakarta, Kutipan-news.co.id-Bertepatan dengan hari Sabtu tanggal 10 Juni 2023, Persatuan Pelajar Indonesia Universiti Sains Malaysia (PPI USM) mengadakan kajian perdana di bawah program Divisi Keagamaan dan Kerohanian. Program utama yang bersifat rutin ini akan dilaksanakan dua kali dalam satu bulan dengan pembahasan tema yang beragam, khususnya penguatan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.
Filosofi nama KoPi Ngaji sebenarnya bukan minuman kopi, tapi sebuah dialek orang Sulawesi dan Indonesia Timur pada umumnya yang berarti Kau Pergi Ngaji. Jika suntuk, pikiran penat, perlu refreshing dan solusi dengan pembahasan yang ringan dan mencerahkan, maka KoPi Ngaji, artinya “Kau pergi ngaji!”. Slogan KoPi Ngaji adalah, “Jika kopi itu pahit, menambahkan gula dapat membuat nikmat rasanya. Jika hidup terasa sempit, maka Ngaji adalah solusi untuk melapangkannya”.
Meski demikian, dalam pengajian ini tetap disajikan aneka kopi yang bisa diseduh dengan air panas sehingga jamaah bisa ngaji sambil ngopi.
Pengajian KoPi Ngaji dirancang dengan pendekatan 3H (Heart, Head, dan Hand). Dimulai dengan heart (hati) yaitu melakukan pendekatan dari hati ke hati, mengajak dan merangkul mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di USM secara khusus, dan umumnya kepada warga umum di sekitar kampus untuk terlibat aktif dalam program KoPi Ngaji. Selanjutnya dengan head (narasi) yaitu mengajak berdiskusi dan berdialog melalui sebuah kajian keagamaan yang ilmiah sekaligus juga amaliah (praktis untuk diamalkan). Terakhir dengan hand (tangan) artinya memberikan bantuan baik berupa materil maupun dukungan moril kepada jamaah yang memerlukan sebagai bentuk kepedulian sosial secara nyata.
Pada kajian perdana KoPi Ngaji yang diselenggarakan di student corner, School of Social Science USM, Bidang Keagamaan dan Kerohanian PPI USM menghadirkan seorang pendakwah dan komikus dari Kota Yogyakarta yang kebetulan sedang mengadakan workshop di Pulau Pinang.
Beliau bernama Toni Hernanto atau sering disapa dengan nama penanya yaitu Tony Trax.
Tony Trax pernah berkarir dalam dunia musik, pernah menjadi juri seleksi music nasional, bahkan pernah menjadi manajer sekaligus produser grup band, seperti D’Bagindas dan Endank Soekamti. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk “hijrah” mengambil jalur dakwah lewat dunia komik.
Judul besar komiknya yang sudah terbit 12 seri adalah “Real Masjid”, komik inspiratif dengan bahasa yang ringan dan gambar yang lucu namun memberi kesan, membuat komik ini menjadi berbeda dari komik-komik di pasaran. Inti dari seri komik Real Masjid ini adalah ingin membuat anak-anak cinta sehingga semangat pergi ke masjid. Sekaligus juga membuka mata para pengurus masjid untuk memberikan tempat dan fasilitas yang nyaman untuk jamaah anak-anak, bukan justru membuat aturan yang terkesan “alergi” kepada anak-anak.
Yang menariknya, Tony Trax mengakui bahwa dirinya tidak memiliki bakat menggambar, bahkan hingga saat ini. Jadi ia memilih untuk mengasah kemampuannya dalam membuat konsep dan menulis cerita. Hal itu tentu saja tidak serta merta ia kuasai, untuk dapat menulis satu naskah, ia perlu membaca puluhan cerita komik. Dalam kisahnya, ia bercerita bahkan dirinya sempat membeli puluhan komik bekas untuk dibaca (karena minim dana), sehingga dari bacaannya itu ia mendapatkan inspirasi menulis.
Selain bercerita tentang bagaimana menjadi seorang komikus, Tony Trax juga berkisah tentang pengalaman tentang bagaimana mengejar dan menjemput hidayah Allah SWT, saat dimana ia berada pada titik terendah dalam hidupnya, bahkan sempat terpuruk finansial keluaranya, kemudian ia mendekatkan diri kepada Allah SWT, tidak hanya sholat fardhu, melainkan juga memperbanyak ibadah yang sunnah. Ia menceritakan bahwa secara intens menghadiri dan mendengarkan kajian atau ceramah para ustadz untuk mendapatkan hal positif dan motivasi baru.
Hal inspiratif lain yang disampaikan oleh Tony Trax di hadapan para jamaah KoPi Ngaji edisi perdana adalah bahwa ia tidak pernah berhenti belajar. Beliau merasa bacaan Qurannya masih belum fasih, kemudian beliau belajar Tahsin qira’ah dan makhraj huruf (tajwid). Hal ini ia lakukan saat mengetahui bacaan Qur’annya tidak sebaik bacaan Qur’an anaknya, bahkan ia sempat malu karena anaknya sudah mampu menghafal surah Ad-Dhuha, sedangkan ia belum bisa sama sekali.
“Tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu. Dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan”. Barangkali pepetah bijak itu bisa menggambarkan hikmah dari kisah perjalanan Tony Trax dalam menjemput takdir baiknya. Meskipun perjuangan untuk tetap berada di jalan istiqomah mestilah dijaga. Namun, dalam al-Qur’an surah Fussilat ayat 30 Allah SWT telah berjanji bagi orang-orang yang istiqomah bahwa ia tidak akan dibuat khawatir (terhadap masa depan) dan tidak akan dibuat bersedih hati (terhadap masa lalu).
Melalui kegiatan KoPi Ngaji, harapannya tidak hanya sekadar bernilai sebagai religio-entertainter tetapi juga sebagai gerakan religio-entrepreneur. (Red/ifal)