Ditengah Pasokan Berkurang, Permintaan Terhadap Sawit Mulai Meningkat

0
WhatsApp Image 2021-12-28 at 13.26.26

Jakarta, kutipan-news.co.id – Tingginya harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) membuat harga minyak goreng melambung tinggi hingga tembus Rp 20 ribu/liter. Padahal harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Rp 11 ribu/liter.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman menjelaskan harga komoditas sawit meroket imbas penurunan produksi. Penurunan itu karena faktor El Nino dan La Nina sangat mempengaruhi kegiatan produksi sawit.

“Kita tahu adalah La Nina dan El Nino yang itu sangat berpengaruh sekali terhadap kegiatan kegiatan khususnya kegiatan mulai dari budidaya sampai dengan panen sehingga itu berpengaruh terhadap produksi sawit itu sendiri yang berakibat pada peningkatan harga,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (28/12/2021).

Di tengah pasokan yang berkurang, permintaan terhadap sawit mulai meningkat karena terjadinya pemulihan ekonomi di berbagai negara, khususnya di negara-negara konsumen terbesar seperti India dan China. Akibatnya harga sawit meroket.

Ditambah lagi, kompetitor sawit seperti minyak kedelai dan lain sebagainya juga ada kecenderungan produksinya menurun akibat pengaruh iklim, khususnya di Brazil yang merupakan penghasil atau produsen minyak kedelai.

“Sehingga terjadi kecenderungan untuk harga itu meningkat,” tambahnya.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi sebelumnya menyebut harga minyak goreng naik sebagai konsekuensi atas meroketnya harga CPO. CPO merupakan bahan baku produk minyak goreng.

Tentu saja naiknya harga kelapa sawit berdampak positif dalam hal kinerja ekspor. Bahkan produk minyak nabati atau kelapa sawit menjadi salah satu penyumbang terbesar ekspor Indonesia. Di sisi lain, lanjut Lutfi ada permasalahan pada produk turunannya, yakni minyak goreng yang harganya ikut naik.

Pemerintah, dijelaskannya mematok HET minyak goreng di Rp 11 ribu/liter ketika harga kelapa sawit beras di kisaran US$ 600 per ton. Bayangkan saja sekarang harga komoditas tersebut sudah naik hingga 2 kali lipat.

“Dulu waktu kita bikin harga eceran tertinggi (minyak goreng) kita Rp 11 ribu berbasiskan harga CPO US$ 500 sampai US$ 600. Begitu harganya dua kali lipat maka harga minyak goreng hari ini lebih dari Rp 16 ribu, terkadang lebih dari Rp 16 ribu sebagai bagian yang tertinggi. Tetapi ini konsekuensi dari pada market internasional,” katanya dalam Digital Technopreneur Fest & Technopreneur Campus FORBIS pada 19 November 2021. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!