Jakarta, kutipan-news.co.id – Kebahagiaan Indonesia akan dirasakan anak anak dengan datangnya Tahun Baru Cina atau Hari Imlek.
Melihat lilin merah dalam fisik yang besar yang dinyalakan setiap Imlek, pertunjukan barongsai, menerbangkan lampion dan warna warni lampion di malam hari yang disajikan rumah ibadah dan fasilitas publik seperti di mall mall akan menyita perhatian anak anak.
Begitu juga budaya berbagi kue keranjang, dan angpao. Anak anak di Indonesia sudah biasa menyebutnya. Ditambahkan dengan kebiasaan para tetangga dan keluarga yang yang bertamu ke rumah akan disajikan kue keranjang dan ikan Bandeng Imlek. Tentunya akan menjadikan suasana hangat di setiap keluarga yang merayakannya.
Biasanya yang paling menikmati dari kemeriahan Imlek adalah anak anak. Dengan menikmati pertunjukan barongsai sambil menikmati kue keranjang. Apalagi ikut acara menerbangkan lampion.
Melalui pesan releasenya Komisioner KPAI Jasra Putra, M.Pd menyampaikan, Budaya berbagi kebahagiaan dan kesejahteraan sangat menyehatkan spritual anak anak, dengan batin yang diliputi kebahagiaan. Baginya banyak nilai yang terkandung besar bagi anak anak Indonesia. Terutama dalam mengenal silang budaya dan saling menghormati sesama.
“Disisi lain momentum Hari Imlek juga bertepatan dengan Hari Gizi Nasional. Untuk itu kebahagiaan akan lengkap, jika semua makanan yang disajikan di Hari Imlek tersebut di konsumsi dengan gizi yang seimbang,”ungkap dia, kepada kutipan-news.co.id, Sabtu (25/1/2020).
Selain itu, Jasra juga mengingatkan para orang tua yang terbiasa memberikan akses anak anaknya tranksaksi online memesan makanan. Memang pesanan makanan melalui media daring memicu industri olahan makanan lebih kreatif dan beragam. Namun bila tidak diperhatikan baik baik bisa membahayakan anak, bila mengkonsumsi gizinya tidak seimbang.
“Kita bisa belajar di beberapa negara, yang mencatat konsumsi makanan setiap warganya. Sehingga ada reminder. Ada baiknya orang tua mengenalkan kandungan setiap makanan yang di konsumsi anak anak.
Karena seringkali anak anak tertarik dengan bentuknya, atau senang dengan rasanya, tetapi tanpa dilengkapi informasi kandungan makanan dan gizinya. Agar anak anak memiliki pola makan seimbang,”Pungkasnya (red).