Pemerintah Didorong Beri Subsidi Kedelai Tanggapi Keluhan Perajin Tempe-Tahu

0
IMG-20220223-WA0044

Jakarta, Kutipan-news.co.id – Ketua DPRD DKI Fraksi PDIP Gembong Warsono mendorong pemerintah memberikan subsidi dan menstabilkan harga kedelai. Hal itu dilihat karena harga kedelai yang melonjak saat ini.

“Pertama yang diminta soal stabilitas stok bahannya dulu, yang kedua stabilitas harganya. Langkah berikutnya mau kita tempuh adalah bagaimana kita mendorong supaya ada subsidi, supaya mereka (perajin tempe dan tahu) tetap bertahan untuk bisa tetap berusaha tetapi tetap menguntungkan,” kata Gembong kepada wartawan, Rabu (23/2/2022).

“Tahap berikutnya tentunya pemerintah kita dorong untuk betul-betul menjaga stabilitas stok pangan kita agar apa yang dikeluhkan ke depan tidak akan terjadi lagi,” sambungnya.

Gembong mengatakan DPRD DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan DPR RI dan pemerintah pusat untuk menindaklanjuti keluhan para perajin tempe dan tahu. Sebab, menurut Gembong, permasalahan ini bukan hanya terjadi di Jakarta.

“Keluhannya sudah kita terima. Kemudian kami akan mencoba menindaklanjuti dan berkoordinasi tentunya dengan teman-teman DPR RI karena ini bukan scoop-nya DKI Jakarta saja, sudah scoop nasional, maka kami berkoordinasi dengan DPR RI,” ujar Gembong.

“Kemudian kita koordinasi juga dengan pemerintah pusat untuk bisa menindaklanjuti apa yang menjadi keluhan,” tambahnya.

Lebih lanjut Gembong mengatakan DPRD DKI akan memanggil pihak BUMD untuk berkoordinasi menjaga stabilitas harga kedelai di Jakarta.

“Untuk khusus DKI, tentunya kita dalam waktu dekat kita akan memanggil BUMD ketahanan pangan untuk kita ajak koordinasi untuk menjaga stabilitas harga di Jakarta,” tutur Gembong.

Sebelumnya, perajin tempe dan tahu di Jakarta melakukan aksi mogok produksi sejak Senin (21/2). Mereka meminta pemerintah menyubsidi harga kedelai yang saat ini melonjak.

Sekjen Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Edy Kuswanto mengatakan para perajin tempe dan tahu sudah melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari. Hal itu bertujuan agar semua pihak mengetahui harga kedelai yang melonjak.

“Kita nggak boleh demo di jalan, tapi mogok produksi saja sehingga ada kesepakatan tanggal 11 kita rapat di Jakarta Selatan, tanggal 13 kita deklarasi di Jakarta Barat bahwa kita mau mogok di tanggal 21, 22, 23, itu nggak ada barang yang beredar di pasaran,” kata Edy kepada wartawan, Rabu (23/2/2022).

“Sampai sekarang ini hari terakhir, besok mungkin sudah ada lagi. Mogoknya itu supaya masyarakat mengetahui tempe itu memang terakhir naiknya nggak kira-kira,” sambungnya.

Edy menjelaskan harga kedelai kian meroket hingga Rp 11.300. Sebelumnya, harga kedelai bisa di bawah Rp 10 ribu. Edy dan perajin tempe-tahu lainnya mengaku sudah tidak tahan atas kenaikan harga kedelai.

“Karena sudah dirasakan sudah lama naik terus sampai sekarang sampai tembus harga Rp 11.300. Sebelumnya paling harga di bawah Rp 10 ribu,” ujar Edy.

“Ini naik terus meroket sehingga kami sebagai perajin tempe itu sudah tidak tahan untuk istilahnya cari keuntungan di sana. Maka dari itu, sepakat kita perajin tempe itu ayo kita ada gerakan mogok atau protes mogok produksi,” tambahnya.

Lebih lanjut Edy menyebutkan ada sejumlah tuntutan dari para perajin tempe dan tahu kepada pemerintah. Mereka meminta pemerintah segera menstabilkan harga dan mensubsidi kedelai.

“Tuntutan kita pertama jangka pendek distabilkan untuk harga. Jangka menengah-panjang ya kita minta subsidi,” tutur Edy.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!