UU Geram Jabar Disebut Daerah Intoleran dan Radikalisme
Laporan : Riew S.
Sukabumi, kutipan-news.co.id – Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum, menolak isu yang tengah beredar tentang Jabar yang dikategorikan daerah dengan Intoleran dan Radikalisme tertinggi. Padahal sebaliknya, justru masyarakat jabar yang mayoritas muslim selalu berdampingan dan saling menghargai antar sesama.
“Saya percaya masyarakat Jawa Barat, tidak pernah seperti yang disangkakan apalagi mengolok olok minoritas, dan tidak pernah mendengar orang non pribumi datang ke kampung ditertawakan, bisnisnya diganggu, interaksi sosial dengan masyarakat diganggu. Jutru yang ada di luar,cerita itu dari luar Provinsi Jawa Barat” tegasnya, usai menghadiri Wisuda STIE PASIM, di Gedung Anton, Setukpa Lemdikpol Polri di Jalan Bhayangkara, Kota Sukabumi, Selasa (26/11/19).
Uu mengingatkan, sejarah disaat Indonesia merdeka dan negara ini adalah pancasila, kan awalnya sila yang pertama Ketuhanan dengan menjalankan syariat islam bagi pemeluknya. Kemudian itu kan ada yang menolak dari Non muslim.
“Padahal yang menyusun mayoritas muslim, maka ditolak lah tujuh kata itu dan diganti menjadi ketuhanan yang maha esa. Hal ini bentuk toleransi kami para Kiyai dan agamis” jelasnya.
Selain itu, Uu mengatakan, termasuk saat adanya perubahan dalam mukodimah UUD 1945 menjadi pembukaan undang-undang 1945.
“Orang non muslim tidak mengerti. Hinggga diganti dengan kata Pembukaan UUD 1945. Itu semuanya kan bentuk dari toleransi umat Islam” ujarnya.
Uu menerangkan, perubahan tersebut sama seperti piagam Madinah, saat dicantumkannya Nama Muhammad Rosulullah. Kemudian diganti dengan nama Muhammad saja. “Disini dapat diketahui, dari zaman Rosulullah, bahwa telah diajarkan tentang toleransi yang baik” terangnya.
Begitu juga di Jabar ini memilki komunitas pesantren yang sangat banyak, terutama Kota Sukabumi yang selalu diajarkan agama pihaknya.
“Saya menolak. Jika Jawa Barat dikategorikan tingkat paling tinggi intoleransi dan tidak sependapat”tukasnya.